~My Red Play Ground~

Wednesday, June 22, 2011

Hidup di Jakarta.......


Hari ini saya bangun pagi dengan tingkat kemelowan tinggi, seperti biasa, dan langsung menyambar HP untuk mengirim sms yang berisi keluh kesah ke seorang sahabat saya. Mungkin karena terlalu sibuk dengan masalah-masalah saya, saya sampai terlupa kalau hari ini adalah ulang tahun ibukota kita yang tercinta, Jekardah (Jakarta. red), entah yang ke berapa, saya tidak cukup peduli untuk mencari tahu.... dan lebih parahnya lagi, saya baru sadar setelah membuka akun facebook milik saya, dan membaca banyak sekali teman saya yang menulis status mengenai hal ini, coba kalau seharian saya tidak membuka facebook, saya tidak akan ingat.

Tahun ini menginjak 2 tahun saya tinggal di Jakarta, dan merasakan hidup ditengah semrawut dan hingar bingar kota ini. Kalau ada yang bertanya pada saya, bagaimana rasanya tinggal di kota ini, saya akan menjawab: BIASA SAJA. Terdengar sok? Tunggu dulu, saya belum selesai bercerita. Pertama kali tinggal di Jakarta, saya sudah harus merasakan betapa berat tinggal di sini. Saya pernah tinggal di daerah cibubur, tempat seorang kerabat saya, selama kurang lebih dua bulan. Untuk berangkat ke kantor saja, yang berada di daerah Salemba, saya butuh waktu dua jam perjalanan, dan harus EMPAT kali ganti angkutan umum. Selama sebulan tersebut rasanya saya benar-benar tidak punya ‘kehidupan’ karena aktivitas saya sehari-hari secara garis besar hanya bekerja dan tidur. Tapi disisi lain saya bisa mengembangkan bakat baru, yaitu….. tidur dalam angkutan umum. Mungkin sesuatu hal yang tidak penting untuk dibanggakan, tapi sangat berguna dalam hal efisiensi waktu, mengingat karena sebagian besar waktu saya, pada saat itu, habis di jalan. Belum lagi saya harus menghadapai kenyataan pahit tentang betapa mahalnya hidup di Jakarta, terutama bagi saya yang selama ini menggunakan standar jogja dan malang untuk hidup. Tapi setelah berjalan beberapa bulan, saya mulai bisa mengenali ritme kota ini, bahkan ketika Ibu saya berkunjung ke Jakarta beliau sempat berujar “Kamu baru di Jakarta beberapa bulan aja, tapi gayanya sudah kayak puluhan tahun.” Entah maksud ibu saya apa, saya tidak mencari tahu lebih lanjut, saya anggap saja sebagai pujian hehe….

Salah satu cara saya ‘Belajar Jakarta’ adalah dengan bertualang dari satu mal ke mal lain. Dan untungnya, dengan tinggal di Jakarta, saya tidak akan pernah kehabisan stock pusat perbelanjaan untuk dikunjungi… kedengarannya cukup hedonis memang, tapi inilah cara yang saya pilih untuk bersenang-senang. Dari sini saya sekaligus belajar mengenai jalur angkutan umum, setelah beberapa bulan tinggal di Jakarta pengetahuan saya soal angkutan umum bahkan jauh lebih baik dibanding teman-teman saya yang sudah bertahun-tahun tinggal di Jakarta.

Soal macet, saya juga sering jadi korbannya, tapi dari sekian banyak kemacetan yang saya alami, yang benar-benar membuat saya benar-benar kesal hanya sebagian kecil saja, sisanya saya hadapi dengan santai-santai saja.

So, bagi kalian yang akan atau sebenernya-pengen-ke-jakarta-tapi-masih-mikir, well ini saran saya. Jakarta memang nggak senyaman Jogja, Malang, atau kota-kota lain… but, Jakarta juga nggak semengerikan seperti yang dikatakan orang. Keluar dari zona nyaman kalian sekali-kali toh nggak ada salahnya. Karena belajar dari pengalaman saya, meskipun setelah tinggal di Jakarta membuat saya punya banyak masalah, tapi setelah saya pikir-pikir lagi saya menilai pengalaman hidup yang saya dapat di kota lain tidak akan pernah sebanding dengan pengalaman yang saya dapat di Jakarta. Dan seperti kata orang ‘kalau kita sudah bisa melewati masalah yang paling buruk, kita pasti bisa melawati masalah apapun.’

Dengan menulis ini, bukan berarti saya berniat tinggal di Jakarta seumur hidup saya, suatu hari nanti saya juga berniat pindah ke tempat lain yang lebih manusiawi, setidaknya... hanya saja saya mencoba menikmati Jakarta seperti apa adanya untuk saat ini.....


PS : credit picture buat seseorang yang sudah mengupload foto ini di internet.

posted by Erlinda at 2:05 AM 0 comments

Saturday, September 18, 2010

MARRIAGE

Di umur gue yang kurang beberapa hari lagi jadi 23 dan status gue sekarang yang udah jadi “pekerja”

Gue dihadapain satu lagi masalah yang kalo dibilang penting bagi gue sih biasa aja, tapi cukup annoying juga lama2 karena orang-orang ribut banget nanya2 ke gue soal masalah ini.

”Linda, sekarang lagi punya pacar? Kapan nikahnya?”

“Sekarang udah kerja ya, wah berarti habis ini nikah dong?”

“kalo temen2mu udah pada nikah, kamu kapan nikahnya? Ntar keburu tua dan nggak laku”

Blah blah blah.... gue males nyebutin satu-satu

Bahkan yang bikin gue makin gregetan, orang tua gue ikutan nanya-nanya, dan berusaha ngejodoh2in gue.

Gue sih sejauh ini masih ngejawab dengan senyum-senyum aja, bodo amat lah mereka mau ngomong apa. Kadang kalau mereka kelewatan, gue jawab aja “ masih belum siap, masih pengen S2 dulu.”

The truth is, mungkin gue beda dari kebanyakan cewek, gue menganggap bahwa pernikahan itu bukan akhir bahagia selamanya, lived happily ever after kayak dongeng putri-putrian... malah kenyataannya di mata gue, pernikahan itu berarti tambahan masalah, dan beban baru yang mesti ditanggung. Yang tadinya gue cuma harus mikirin diri gue sendiri, kadang mikirin ortu dan adek2 gue, nantinya gue jadi harus mesti mikirin suami gue dan, pada akhirnya, anak gue. Belum lagi kalau ternyata suami yang gue pilih tidak cukup baik, suatu hari bisa ada orang ke tiga, atau ke empat, dst. Well, itu bisa jadi masalah super besar karena fidelity itu syarat paling mutlak dalam sebuah hubungan menurut gue, kalau itu dilanggar berarti sudah tiada ampun lagi. Dan hari gini, laki-laki jaman sekarang beda sama laki-laki jaman bokap dan kakek gue, selingkuh itu bukan hal tabu lagi. Atau gimana kalo ada KDRT, dsb... Intinya di mata gue pernikahan = masalah. Pendapat gue ini berdasarkan kenyataan. Liat dong, mulai di sinetron sampe di acara pengajian subuh yang disiarin di tv, masalah2 yang gue tulis di atas pasti selalu dibahas.

Pernah gue ngomong ke nyokap gue, gimana kalau pada akhirnya gue memilih untuk tidak pernah menikah. Nyokap gue langsung marah dan ceramah panjang lebar. Akhirnya gue mencoba sedikit melunak dengan mempertimbangkan buat nikah ketika umur gue diatas 25-an. Nyokap gue, dan beberapa orang dekat gue, masih protes juga katanya kalau umur segitu susah dapet jodohnya.... Hallo! Bukannya kalau emang jodoh ya dateng2 aja, nggak pake susah2an segala... lagi pula gue nyebut angka segitu bukan tanpa alasan. Seandainya nanti gue nikah gue nggak mau terburu2, gue masih pengen mengejar hal2 yang bakal tidak mudah dijalani kalau gue sudah nikah. Contohnya Ngambil kuliah S2. Ok, banyak perempuan di dunia ini yang bisa kuliah S2 dan ngurusin suami sekaligus. Tapi itu kan mereka, bukan gue. Baru ngebayangin tugas kuliah yang segunung, trus ditambah ngurusin suami, udah bikin kepala gue mau meledak, gimana ntar kalau ngejalanin beneran...

Untuk nggak menikah, gue emang bener2 serius mempertimbangkan, yah emang pasti ada cost and benefitnya. Costnya mungkin ntar banyak orang yang bakal mengasihani kita, tanpa mereka tau kalo ini sebenarnya pilihan kita sendiri, atau pas ntar reuni sekolah ketika temen2lo nanya, “Udah berapa anakmu?” kita cuma bisa nyengir2 doank... well tapi liat donk, keuntungannya, kita nggak perlu bangun pagi buat masakin suami kita, kita nggak perlu khawatir ketika suami kita nggak pulang malem ini apa beneran lembur atau main cewek di suatu tempat. Dan kita bisa menjalani hidup seperti apa yang kita mau, nggak perlu ijin2 dulu (gue pernah baca ada suami yang marah ketika istrinya nggak ijin dulu ketika si istri mau potong rambut. OMG males bangewt.). Gue juga tau menikah itu Sunnah Nabi, tapi bukannya perceraian juga salah satu hal yang dibenci Allah. Terserah deh, orang pada mau bilang gue orang yang nggak berani ambil resiko. Karena kenyataannya resikonya terlalu besar kalau kita salah pilih orang untuk diajak menjalani pernikahan. So in this matter, I choose not to choose. Gue udah siap menjalani kehidupan yang “sepi” itu. Dan gue tau gue nggak sendiri dalam masalah ini, di luar sana banyak cewek yang sependapat dengan gue. Bahakan beberapa diataranya temen2 gue sendiri, jadi gue makin berani mengmbil sikap.

Tapi ini juga bukan keputusan akhir, mungkin suatu hari, ada laki-laki yang menurut gue cukup baik yang bisa mengubah pendirian gue. We’ll see.....

posted by Erlinda at 8:27 AM 1 comments

My New Life: A whole new chapter

Hai2, lama sudah nggak menulis Blog ini. Maklum setelah sibuk skripsi, gue sibuk nyari kerja, ikut tes ini itu... dan akhirnya sekarang gue sibuk kerja....
posted by Erlinda at 8:25 AM 0 comments